Ketika mendengar nama Fergie Focker, yang terbersit di pikiran orang banyak adalah nama pelatih kawakan Setan Merah (Sir. Alex Ferguson) dan personil wanita Black Eyed Peas. Tetapi nama itu bukanlah dikutip dari nama mereka. Sedikit mirip memang. Namun, Fergie Focker adalah nama band saya semasa SMA yang beraliran punk rock. Ya, saya sedikit malu mengakui kalau saya menjalani aktivitas ini selama sekolah. Kebanyakan orang lebih mengenal saya sebagai penggila gambar akut sejak kecil. Tapi seonggok gitar akustik yang dibeli oleh orang tua sewaktu SMP, menjadikan bermain musik menjadi hal yang saya gilai.
Entah kapan resminya Fergie Focker terbentuk. Satu hal yang saya ingat adalah band ini terbentuk saat saya kelas 1 SMA. Awal terbentuknya diawali pertemanan saya dengan Bona, teman band saya sejak SMP. Kami yang masuk ke SMA yang sama mencoba mendirikan sebuah band sebagai penyalur hasrat bermusik. Namun, kesibukannya di ekskul musik sekolah membuatnya terbawa arus, dan akhirnya membentuk sebuah band bersama teman-teman ekskulnya. Saya pun semakin bingung sehingga sempat tidak memikirkan untuk mencoba bermusik lagi. Hanya sebagi penikmat saja.
Beberapa bulan berlalu, Bona memperkenalkan teman sekelasnya yang seorang penggila Blink 182. Giessendra namanya. Gies (pangilannya) menyebarkan pengumuman mencari orang untuk mengisi posisi sebagai bassis dan drummer dengan referensi Blink 182, dan musik sejenisnya. Untuk posisi vokalis sudah diisi oleh teman Gies sejak SMP bernama Andrew a.k.a Cukil. Sedangkan posisi penggebuk drum dipegang oleh Patuan. Setelah itupun saya bersedia menerima tawaran dari Gies untuk mulai nge-jam.
Seiring waktu band yang telah terbentuk tidak memiliki prospek. Miris memang. Disaat latihan, banyak sekali kendala yang dihadapi. Drummer yang tidak kunjung datang saat dijanjikan latihan, sampai ketidak matangan kami yang masih pemula. Formasi nge-jam awal pun hancur sudah. Drummer yang sudah ditunjuk pun akhirnya dikeluarkan.
Memasuki semester II, harapan sedikit muncul. Seorang anak berperawakan kecil pindah ke kelas saya. Dia ternyata satu sekolahan saya sewaktu SMP. Namanya Said dan biasa kami panggil Kocik hingga saat ini. Karena tau dia juga bermain drum sewaktu SMP, akhirnya saya mencoba menawarkan posisi di band kami. Tawaran disetujui. Setelah sharing dan mengulik lagu, akhirnya kami memulai jam session pertama kami di sebuah studio di daerah Jl. Setia Budi, Medan. Kami memulai ngeband dengan membawakan lagu-lagu dari Rocket Rockers. Hasilnya? Tetap belum maksimal. Namun kami terus berjuang, karena ini masih proses belajar. Akhirnya, Saya sebagai bassist, Cukil sebagai vokalis & rhytim guitar, Gies sebagai lead gitaris, dan Kocik sebagai drummer melanjutkan formasi awal band ini.
Selama proses band berjalan inilah tercetus nama Fergie Focker. Nama yang saya canangkan sebagai nama band kami. Sedikit bodoh memang proses penciptaan nama ini. Saya membuat inisial huruf yang sama karena pengaruh dari Rocket Rockers. Band yang saat itu kasetnya selalu saya putar di tape kamar. Lagu yang entah kenapa membuat saya menggilai musik punk dan sejenisnya. Terserah orang mau bilang Rocket Rockers itu band anak SMA, sampai saat ini pun saya masih mengagumi band ini.
 |
Rocket Rockers formasi Awal (Kiri-Kanan : Bisma, Ucay, Doni, Aska, dan Lowpe)
yang menelurkan album yang akan saya kenang selalu, Soundtrack For Your Life. |
Setelah penentuan nama, akhirnya saya memutuskan membuat artwork untuk band ini. Band belum pernah nampil, tapi artwork sudah ada. Belum pernah nampil di sekolah, tapi sudah banyak teman-teman yang tau. Membingungkan memang. Disaat nama sudah kemana-mana, tetapi penampilan tak kunjung tiba.
 |
Artwork pertama Fergie Focker |
Setelah latihan berbulan-bulan tidak ada hasil, akhirnya kami berempat memutuskan untuk megikuti seleksi pengisi acara musik 17an di sekolah. Hasilnya? Gagal total. Kami pun hanya bisa menjadi penonton selama 17an. Sampai akhirnya muncul ide gila dari Gies untuk mengikuti seleksi pengisi acara di salah satu SMA swasta terkenal di kota Medan. Di tengah jalan sebelum seleksi, kami mecoba meminta bantuan Bona untuk mengisi gitar 2. Karena Cukil yang sebagai vokalis sedikit terganggu jika harus memegang gitar juga. Sesi nge-jam pun dilakukan beberapa kali. Tahapan seleksi yang diadakan pun berhasil kami lewati. Akhirnya!! Panggung pertama buat Fergie Focker!
Semenjak penampilan pertama tadi, Bona yang bandnya mengalami keretakan akhirnya berhasil kami rekrut. Terbentuklah sudah formasi tersolid Fergie Focker. Cukil (Vokalis), Beryl (Bassist), Gies (Guitarist), Bona (Guitarist), dan Kocik (Drummer).
 |
Fergie Focker (Kiri-Kanan : Beryl, Bona, Cukil, Said, & Gies) |
Banyak panggung yang kami lalui bersama selama 2 tahun perjalanan, yang kebanyakan merupakan acara teman dan sekolah sendiri. Selama itulah saya makin menggilai musik, dan semakin ingin berkecimpung di bidang ini. Jika ditanya apakah Fergie Focker memiliki lagu? Jawabannya sedikit sulit. Kami sudah dua kali menciptakan musik dan lirik. Yang satu bercerita tentang seorang anak laki-laki kesepian yang diberi judul "Stay Alone", dan yang satunya bercerita tentang Masa SMA dan belum diberi judul hingga saat ini. Hanya sepenggal lirik yang masih saya ingat dari lagu kedua, yaitu "semua tingkah bodoh hanya sampai di sini". Sepenggal kalimat yang memiliki makna berarti bagi kami. Semua perilaku dan hal gila yang kami lakukan pun harus berakhir di masa SMA. Masa yang paling indah. Masa yang tidak mungkin terjadi di saat kuliah.
Kemarin saya dikirimi message di Facebook oleh teman saya Howard. Begini Isinya :
Kemaren aku pernah makek (bahasa medan) baju FF ini ke kampus.
Lalu ternyata banyak alumni SMANSA langsung 'ngeh" dan teringat akan masa SMA dulu.
Dan juga ada pertanyaan "gimana FF sekarang??"
"ada albumnya??"
ya, jelas saya tak bisa menjawabnya...
Saya menantikan komitmen kawan2 untuk menjawab ini,
Karena SMANSA stbk. 2007 tak bisa terlepas dari peran FF, begitu juga sebaliknya!
Dari perjalanan Fergie Focker, hanya sebuah Tshirt lah yang bisa menjadi bukti autentik keberadaan band ini. Tshirt yang kami buat sebagai bukti keberadaan dan kehidupan kami selama SMA. Sebuah peninggalan yang akan selalu kami kenang sebagai sebuah band yang pernah hidup. Sebuah band yang pernah mengisi kehidupan kami, dan membuat berjuta pengalaman muncul mengisi masa-masa SMA kami.
Memang Fergie Focker telah bubar. Kepentingan studi membuat kami harus mengakhiri semangat bermusik kami. Masa SMA yang banyak meninggalkan kenangan akan kenakalan, kebodohan, solidaritas, percintaan, sampai arti pertemanan yang sesungguhnya tidak akan pernah terlupakan.
Semangat kami untuk mencintai musik takkan pernah pudar, dan sebuah artefak bernama Fergie Focker pun akan selalu terpatri di diri kami masing-masing.
"Semua tingkah bodoh (tidak) hanya sampai disini.."
*Dedicated to Fergie Focker (Cukil, Beryl, Bona, Gies, Kocik), Teman-teman yang setia mengisi mosh pit dan menemani kami tampil dimanapun (Howard, Hasudungan, dan masih banyak lainnya), & Teman-teman The Facts IPA 10 yang senantiasa mendukung (Bedil, Tirta, Ganda, Kiki, Dipa, Vazzy, Ediyan, Ombing dll)
Best Regards!