01/08/11

MIMPI

Setiap manusia pastinya memiliki impian, demikian juga dengan saya. Saya memiliki badan yang besar, bahkan saya punya mimpi yang jauh lebih besar dari badan saya. Inilah mimpi-mimpi saya sejak kecil dari mulai yg besar sampai yg terlihat sepele. :)

1. Menjadi graphic designer dan illustrator yang sukses baik nasional dan internasional.
2. Mendapatkan beasiswa kuliah di jurusan desain komunikasi visual/desain grafis di luar negeri.
3. Berpameran di Artjog.
4. Jalan-jalan ke Hawaii.
5. Illustrasi buatan saya masuk majalah, surat kabar nasional, maupun menjadi cover buku/novel.
6. Membuat album cover dan merchandise artwork untuk band-band favorit saya.
7. Punya clothing line sendiri.
8. Punya perusahaan yg bergerak di bidang desain.
9. Punya toko roti yg berlabel "Beryls and Baker"
10. Punya perusahaan percetakan.
11. Berlibur keliling Eropa bersama ayah, ibu, kakak, dan adik2 saya.
12. Punya rumah besar berhalaman luas yang berarsitektur unik minimalis yg full of art.
13. Punya studio musik pribadi di rumah.
14. Punya vespa.
15. Punya macbook, seperangkat wacom tablet, dan home theater.
16. Punya Cadilac Escalade.
17. Diendorse Volcom dan Nike.
18. Punya istri yang cantik, baik, dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. :)
19. Punya 3 anak yg punya talenta luar biasa.
20. Nerbitin buku otobiografi yg bsa memberi influence kpd orang banyak.
21. Nonton Vans Warped Tour.
22. Mengajak orang tua ke Jerusalem.
23. Menjadi anak Tuhan yg baik dan setia.

Ini mimpi-mimpiku. Silahkan tertawa jika menurut anda terlalu muluk, dan mustahil, atau beberapa ada yang terdengar aneh. Namun inilah saya dengan mimpi-mimpi saya. Seperti mengutip sebuah kata-kata bijak, 


"If You Stop Dreaming, You Stop Living"

Tetap optimis, semangat, tersenyum, dan jangan lupa berdoa. :)
Nb: Penambahan akan terjadi seiring bertambahnya mimpi-mimpi saya

12/06/11

Meraih Mimpi

Kemarin Minggu (12/06) seperti halnya yang dilakukan oleh mayoritas umat Kristiani, saya pergi ke gereja. Sedikit malu untuk mengakui bahwa saya bukanlah orang yang rajin beribadah. Namun, minggu ini terasa sangat berbeda karena keinginan saya untuk pergi beribadah sangat tinggi. Mungkin karena saya sedang mengalami masa terberat dalam kuliah, yaitu skripsi. Saya memang belum menjalani skripsi tetapi sudah memasuki tahapan awalnya, yakni proposal. Sudah sekitar 3 minggu sejak saya melewati ujian usulan penelitian yang menyita waktu, dan bersimbah air mata. Saya memang dinyatakan lulus ujian usulan penelitian. Sekaranglah saatnya saya harus merevisi proposal yang penuh catatan dari dosen penguji. Tenggang waktu yang diberikan memang sangat panjang, sekitar 3 bulan. Namun, kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang harus saya lakukan di bulan Juli-Agustus memaksa saya harus merampungkan revisi sebelum saya berangkat ke lokasi KKN di Banjarnegara. Ditambah lagi saya sedang menjalani kuliah KKL 3. Berbagai kegiatan lain yang saya lakukan pun membuat saya belum menyentuh proposal. Ditambah lagi dosen pembimbing skirpsi saya adalah dosen yang dikenal kolot dan sangat idealis. Ya, beliau jugalah yang membantai saya di saat ujian usulan penelitian dulu. Berbagai tekanan itulah yang membuat saya merasa takut, dan hanya ada satu tempat saya untuk berserah. Tuhan.

Sangat hina memang jika dilihat saya yang datang kepada Tuhan hanya saat membutuhkan. Namun, saya tidak tau harus berbuat apalagi untuk mengatasi ketakutan dan kegundahan yang saya alami. Saya sempat tersentak mengingat ayat alkitab yang saya dapatkan saat naik sidi dulu.
"Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku,," Mazmur 23:1
 Ayat tersebut selalu saya pegang dalam kehidupan ini. Jika dalam penafsiran saya, makna dibaliknya adalah saya takkan kekurangan apapun, dan apapun yang saya inginkan akan terjadi, asalkan tetap mengandalkan Tuhan sebagai Bapa yang melindungi, dan gembala yang akan menuntun jalan hidup saya. Saat kebaktian minggu kemarin, pendeta yang berkotbah menceritakan tentang doa. Meminta kepada Tuhan dengan Iman. Bukan sekedar dengan kepercayaan. Mintalah yang terbaik dengan penuh kepercayaan yang yakin penuh bahwa Tuhan akan mengabulkan apa yang kita minta. Ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Mintalah maka kamu akan mendapatkan. Saya semakin tersentak karena yang terjadi selama ini berbanding terbalik dengan yang saya lakukan. Bila mengacu pada ayat tadi, jika saya mengandalkan Tuhan, maka tidak akan kekurangan. Saya seringkali jarang meminta kepada Tuhan. Bahkan bisa dikatakan jarang mengandalkan Tuhan. Hanya sebatas kemampuan sendiri.

Jika melihat kembali ke belakang, saya mempunyai impian menjadi seorang desainer grafis. Bahkan sampai sekarang saya masih terobsesi dengan dunia itu. Terlihat dari carut marutnya perkuliahan yang saya jalani. Saya menjalani kuliah di Universitas Gadjah Mada Fak.Geografi Jurusan Geografi Lingkungan. Jurusan pilihan bapak saya sewaktu menjalani UM-UGM dulu. Sama sekali tidak menyangka bisa masuk ke jurusan yang sama sekali tidak saya sukai. Masa-masa kuliah pun banyak saya habiskan untuk mengikuti kegiatan di luar akademik. Terutama seni yang dari dahulu daya cintai. Saya lebih sering mengunjungi pameran seni daripada membuka buku menyangkut perkuliahan. Bahkan saya lebih memilih menghabiskan uang untuk membeli majalah, CD musik, dan katalog-katalog pameran, dibandingkan membeli buku tentang Geografi. Namun, semua itu semata-mata karena alasan tadi.

Sejak kecil saya sudah terbila-gila akut dengan yang namanya menggambar. Saya sangat menyukai hal-hal berbau seni yang ditampilkan secara visual. Saya bisa menghabiskan waktu untuk menggambar lebih banyak daripada waktu untuk tidur. Entah kenapa, tetapi saya percaya terlahir untuk dunia seni. Saya percaya Tuhan memberi jalan itu. Sehingga di saat SMA saya menargetkan untuk kuliah di FSRD ITB. Saat ujian seleksi masuk ITB dilakukan di sekolah saya, sontak membuat saya tanpa pikir panjang meminta ijin orang tua untuk mengikuti ujian tersebut. Bapak saya pun mengijinkan. Walaupun dari dulu saya sering berselisih paham dengan orang tua saya menyangkut masalah jurusan kuliah. Akhirnya, saya menjalani ujian dengan penuh penuh percaya diri. Namun, hasilnya adalah kegagalan. Saya sangat terpukul dengan keadaan tersebut dan merasa pupus harapan untuk memasuki jurusan itu. Orang tua hanya memperbolehkan masuk jurusan seni, tetapi di perguruan tinggi negeri. Akhirnya saya hanya bisa menuruti keinginan orang tua saya untuk mengikuti UM UGM.

Saya pernah merasa tidak adil dengan yang saya alami. Jika di saat saya sudah mempercayai Tuhan akan memberikan jalan di dunia yang saya senangi, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Saya sudah meminta bahkan sampai bercucur air mata. Namun, semua yang terjadi hanya seperti ini. Namun, di masa-masa saya berkuliah di Jogja, saya sedikit tersadar. Saya sangat menyukai atmosfir lingkungan kota Jogja. Saya dengan mudahnya melihat dunia seni rupa yang lebih luas di kota budaya ini. Kota yang menghargai seni lebih dari yang dilakukan orang-orang di kota kelahiran saya. Dunia seni jauh lebih luas dari yang saya bayangkan. Saya merasa beruntung "terdampar" di kota yang istimewa ini. Saya bisa mengambangkan kemampuan diri saya lebih lagi. Entah itu dalam bidang seni maupun dalam keorganisasian. Mungkin jika saya berkuliah di Medan, saya tidak akan bisa mendapatkan apa yang saya dapatkan di Jogja. Semua hal itu membuat saya tersadar, bahwa saya harus mensyukuri apa yang saya dapatkan sekarang.

Jika mengingat impian saya dulu yang belum kesampaian, saya punya pemikiran lain. Tuhan bukannya tidak mengabulkan doa saya, tetapi Tuhan belum mengabulkan karena saya belum siap. Jalan yang diberikan memang tidak lurus dan gampang, tetapi sedikit berliku. Banyak jalan menuju Roma kalau kata pepatah. Saya yakin jalan menuju mimpi saya memang harus sedikit berliku. Seperti pada film Sang Pemimpi, Ikal dan Arai yang punya impian berkuliah di Paris. Mereka hanyalah anak kampung pedalaman yang seorang yatim piatu dan satunya memiliki orang tua yang tidak mampu. Namun, semangat mereka untuk meraih mimpi itu patut diacungi jempol. Melewati berbagai proses panjang dari pedalaman Belitong ke Jakarta, sampai berkuliah di Paris, Prancis. Mereka tak pantang menyerah, dan terus bersemangat menggapai mimpi.

Saya percaya kalau saya pun bisa menggapai mimpi seperti mereka. Tidak ada yang tidak mungkin asal kita mencoba, dan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan asalkan kita meminta dengan iman dan percaya. Oleh karena itu, saya harus menuntaskan kuliah saya di Geografi UGM sehingga tidak mengecewakan orang tua. Setelah itulah saya harus berjuang kembali mengejar mimpi saya.
Semangat!


*Thanks to Almighty God.
And Thanks to my beloved father & mother.
I just want to make you proud & happy.

11/06/11

Mayumi Haryoto

Mayumi Haryoto
Saya pernah sangat menyukai cover art album milik band Sore, dari mulai "Centralismo" sampai "Port Of Lima". Namun, saat itu saya tidak mengetahui siapa sosok dibalik gambar yang luar biasa itu, sampai saya membaca majalah Babyboss (lupa edisi berapa). Setelah melihat karyanya dibahas di majalah concept, saya pun semakin penasaran akan sosok tersebut.

Perkenalkan sosok perempuan kreatif bernama Mayumi Haryoto. Perempuan blasteran Indonesia - Jepang ini memiliki ciri yang sangat khas pada karya-karyanya. Sempat mengawali karir dengan bekerja di perusahaan game developer, kemudian menjadi art director di sebuah advertising agency, terlibat dalam film productions, sampai bekerja pada record label. 

Sejauh ini Mayumi sudah mengerjakan banyak artwork untuk beberapa band seperti Sore (Album Centralismo & Port Of Lima),  Ape On The Roof, Tika's Defrosted Love Songs, dan The Cash. Bahkan Mayumi pernah mengerjakan artwork untuk poster film Pintu Terlarang, dan masih banyak lagi karya-karyanya yang tertuang dalam portofolionya. http://mayumiharyoto.com/



Sore - Centralismo



Sore - Port Of Lima


The Cash


Tika's Album
Pintu Terlarang
Free Falling
Remind Behind


Flew Away
Entah kenapa saya sangat mengagumi hasil karya Mayumi Haryoto. Sentuhan dalam illustrasinya memiliki kekhasan yang menurut saya sangat mengagumkan.

"One word to Mayumi, Awesome. I really admire you. 
Hopefully I can be like you someday :)

01/06/11

Sepenggal Artefak Bernama Fergie Focker

Ketika mendengar nama Fergie Focker, yang terbersit di pikiran orang banyak adalah nama pelatih kawakan Setan Merah (Sir. Alex Ferguson) dan personil wanita Black Eyed Peas. Tetapi nama itu bukanlah dikutip dari nama mereka. Sedikit mirip memang. Namun, Fergie Focker adalah nama band saya semasa SMA yang beraliran punk rock. Ya, saya sedikit malu mengakui kalau saya menjalani aktivitas ini selama sekolah. Kebanyakan orang lebih mengenal saya sebagai penggila gambar akut sejak kecil. Tapi seonggok gitar akustik yang dibeli oleh orang tua sewaktu SMP, menjadikan bermain musik menjadi hal yang saya gilai.

Entah kapan resminya Fergie Focker terbentuk. Satu hal yang saya ingat adalah band ini terbentuk saat saya kelas 1 SMA. Awal terbentuknya diawali pertemanan saya dengan Bona, teman band saya sejak SMP. Kami yang masuk ke SMA yang sama mencoba mendirikan sebuah band sebagai penyalur hasrat bermusik. Namun, kesibukannya di ekskul musik sekolah membuatnya terbawa arus, dan akhirnya membentuk sebuah band bersama teman-teman ekskulnya. Saya pun semakin bingung sehingga sempat tidak memikirkan untuk mencoba bermusik lagi. Hanya sebagi penikmat saja.

Beberapa bulan berlalu, Bona memperkenalkan teman sekelasnya yang seorang penggila Blink 182. Giessendra namanya. Gies (pangilannya) menyebarkan pengumuman mencari orang untuk mengisi posisi sebagai bassis dan drummer dengan referensi Blink 182, dan musik sejenisnya. Untuk posisi vokalis sudah diisi oleh teman Gies sejak SMP bernama Andrew a.k.a Cukil. Sedangkan posisi penggebuk drum dipegang oleh Patuan. Setelah itupun saya bersedia menerima tawaran dari Gies untuk mulai nge-jam.

Seiring waktu band yang telah terbentuk tidak memiliki prospek. Miris memang. Disaat latihan, banyak sekali kendala yang dihadapi. Drummer yang tidak kunjung datang saat dijanjikan latihan, sampai ketidak matangan kami yang masih pemula. Formasi nge-jam awal pun hancur sudah. Drummer yang sudah ditunjuk pun akhirnya dikeluarkan.

Memasuki semester II, harapan sedikit muncul. Seorang anak berperawakan kecil pindah ke kelas saya. Dia ternyata satu sekolahan saya sewaktu SMP. Namanya Said dan biasa kami panggil Kocik hingga saat ini. Karena tau dia juga bermain drum sewaktu SMP, akhirnya saya mencoba menawarkan posisi di band kami. Tawaran disetujui. Setelah sharing dan mengulik lagu, akhirnya kami memulai jam session pertama kami di sebuah studio di daerah Jl. Setia Budi, Medan. Kami memulai ngeband dengan membawakan lagu-lagu dari Rocket Rockers. Hasilnya? Tetap belum maksimal. Namun kami terus berjuang, karena ini masih proses belajar. Akhirnya, Saya sebagai bassist, Cukil sebagai vokalis & rhytim guitar, Gies sebagai lead gitaris, dan Kocik sebagai drummer melanjutkan formasi awal band ini.

Selama proses band berjalan inilah tercetus nama Fergie Focker. Nama yang saya canangkan sebagai nama band kami. Sedikit bodoh memang proses penciptaan nama ini. Saya membuat inisial huruf yang sama karena pengaruh dari Rocket Rockers. Band yang saat itu kasetnya selalu saya putar di tape kamar. Lagu yang entah kenapa membuat saya menggilai musik punk dan sejenisnya. Terserah orang mau bilang Rocket Rockers itu band anak SMA, sampai saat ini pun saya masih mengagumi band ini.

Rocket Rockers formasi Awal (Kiri-Kanan : Bisma, Ucay, Doni, Aska, dan Lowpe)
yang menelurkan album yang akan saya kenang selalu, Soundtrack For Your Life.

Setelah penentuan nama, akhirnya saya memutuskan membuat artwork untuk band ini. Band belum pernah nampil, tapi artwork sudah ada. Belum pernah nampil di sekolah, tapi sudah banyak teman-teman yang tau. Membingungkan memang. Disaat nama sudah kemana-mana, tetapi penampilan tak kunjung tiba.

Artwork pertama Fergie Focker

Setelah latihan berbulan-bulan tidak ada hasil, akhirnya kami berempat memutuskan untuk megikuti seleksi pengisi acara musik 17an di sekolah. Hasilnya? Gagal total. Kami pun hanya bisa menjadi penonton selama 17an. Sampai akhirnya muncul ide gila dari Gies untuk mengikuti seleksi pengisi acara di salah satu SMA swasta terkenal di kota Medan. Di tengah jalan sebelum seleksi, kami mecoba meminta bantuan Bona untuk mengisi gitar 2. Karena Cukil yang sebagai vokalis sedikit terganggu jika harus memegang gitar juga. Sesi nge-jam pun dilakukan beberapa kali. Tahapan seleksi yang diadakan pun berhasil kami lewati. Akhirnya!! Panggung pertama buat Fergie Focker!

Semenjak penampilan pertama tadi, Bona yang bandnya mengalami keretakan akhirnya berhasil kami rekrut. Terbentuklah sudah formasi tersolid Fergie Focker. Cukil (Vokalis), Beryl (Bassist), Gies (Guitarist), Bona (Guitarist), dan Kocik (Drummer).
Fergie Focker (Kiri-Kanan : Beryl, Bona, Cukil, Said, & Gies)

Banyak panggung yang kami lalui bersama selama 2 tahun perjalanan, yang kebanyakan merupakan acara teman dan sekolah sendiri. Selama itulah saya makin menggilai musik, dan semakin ingin berkecimpung di bidang ini. Jika ditanya apakah Fergie Focker memiliki lagu? Jawabannya sedikit sulit. Kami sudah dua kali menciptakan musik dan lirik. Yang satu bercerita tentang seorang anak laki-laki kesepian yang diberi judul "Stay Alone", dan yang satunya bercerita tentang Masa SMA dan belum diberi judul hingga saat ini. Hanya sepenggal lirik yang masih saya ingat dari lagu kedua, yaitu "semua tingkah bodoh hanya sampai di sini". Sepenggal kalimat yang memiliki makna berarti bagi kami. Semua perilaku dan hal gila yang kami lakukan pun harus berakhir di masa SMA. Masa yang paling indah. Masa yang tidak mungkin terjadi di saat kuliah.

Kemarin saya dikirimi message di Facebook oleh teman saya Howard. Begini Isinya :



Kemaren aku pernah makek (bahasa medan) baju FF ini ke kampus.
Lalu ternyata banyak alumni SMANSA langsung 'ngeh" dan teringat akan masa SMA dulu.


Dan juga ada pertanyaan "gimana FF sekarang??"

"ada albumnya??"

ya, jelas saya tak bisa menjawabnya...
Saya menantikan komitmen kawan2 untuk menjawab ini,
Karena SMANSA stbk. 2007 tak bisa terlepas dari peran FF, begitu juga sebaliknya!




Dari perjalanan Fergie Focker, hanya sebuah Tshirt lah yang bisa menjadi bukti autentik keberadaan band ini. Tshirt yang kami buat sebagai bukti keberadaan dan kehidupan kami selama SMA. Sebuah peninggalan yang akan selalu kami kenang sebagai sebuah band yang pernah hidup. Sebuah band yang pernah mengisi kehidupan kami, dan membuat berjuta pengalaman muncul mengisi masa-masa SMA kami.

Memang Fergie Focker telah bubar. Kepentingan studi membuat kami harus mengakhiri semangat bermusik kami. Masa SMA yang banyak meninggalkan kenangan akan kenakalan, kebodohan, solidaritas, percintaan, sampai arti pertemanan yang sesungguhnya tidak akan pernah terlupakan.
Semangat kami untuk mencintai musik takkan pernah pudar, dan sebuah artefak bernama Fergie Focker pun akan selalu terpatri di diri kami masing-masing.
"Semua tingkah bodoh (tidak) hanya sampai disini.."


*Dedicated to Fergie Focker (Cukil, Beryl, Bona, Gies, Kocik), Teman-teman yang setia mengisi mosh pit dan menemani kami tampil dimanapun (Howard, Hasudungan, dan masih banyak lainnya), & Teman-teman The Facts IPA 10 yang senantiasa mendukung (Bedil, Tirta, Ganda, Kiki, Dipa, Vazzy, Ediyan, Ombing dll)
Best Regards!