Jumat lalu Remo berkunjung ke ibukota. Setelah merampungkan urusannya, seperti biasa kami pun menjadwalkan bertemu. Pada hari minggu kami memutuskan berkumpul bertiga saja bersama Didi. Hanya bertiga. Ya, hanya bertiga. Bosan? Sepertinya tidak, walaupun perjalanan kami hanya berkutat di sekitaran Sudirman dan Menteng saja.
Siang harinya kami berkumpul di Sarinah sebagai meet-up point. Jangan mikir negatif ya dengar kata Sarinah. Hahaha. Lalu kami pun memutuskan menuju sebuah Mall Besar di sekitaran Bunderan HI untuk melihat pameran dan penampilan sebuah band epic dari Jogja. Kami memutuskan untuk ngopi sembari menunggu acara. Tapi tak disangka obrolan kami lebih menarik dari musisi yang akan tampil malam itu. Saya yang baru saja mengalami sedikit kekecewaan mendadak melupakan sejenak hal itu. Semua mengalir seakan-akan selalu saja ada bahan obrolan yang muncul seketika.
Setelah malam mulai menghampiri, kami pun memutuskan untuk berkaraoke ria layaknya anak abg yang tidak punya beban. Lagu boyband era 90-an sampai lagu Broery Marantika pun jadi pilihan. Semua menyanyi keluar dari tampilan kami biasanya. Tak ada kata jaim. Kami pun bernyanyi tanpa peduli kalau besoknya kami harus memulai hari bergelut dengan pekerjaan masing-masing.
Malam semakin larut. Kami pun kembali ke tempat Remo menginap. Rasa lapar pun menghampiri. Karena jam yang sudah menunjukkan pukul 12 malam, tanpa pikir panjang kaki langsung melangkah ke arah Taman Suropati. Sepanjang jalan selalu saja ada yang bisa jadi bahan obrolan kami. Dari keinginan tersembunyi saya yang ingin jadi penyiar radio, Remo jadi model Brand Clothingan, dan Didi yang ingin menjadi model Catwalk (Kalo ini agak susah sih kayaknya. hahaha). Ntah kenapa saya jadi sangat menikmati waktu kami berjalan kaki. Walaupun memang agak capek karena saya malas olahraga, tapi berjalan kaki membuat semakin banyak cerita yang didapat. Candaan-candaan pun bisa muncul seketika tanpa ada yang mengira.
Sesampainya di Taman Suropati, kami pun memesan makanan. Memang ga ada yang sangat spesial di Taman ibu kota satu ini. Tapi kami lagi-lagi hanya bercerita seakan bahasan tak pernah ada habisnya. Mulai dari bahasan tentang orang tua, calon keluarga masa depan (padahal yang 2 lagi masih jomblo), sampai masa-masa kuliah dulu. Mungkin suasana lesehannya sedikit mengingatkan kami dengan suasana Jogja. Lampu taman yang remang-remang, sesekali pengamen menghampiri untuk mencari peruntungan. Semua berakhir ketika jam menunjukkan pukul 3 pagi.
Kami bertiga mungkin sedikit cerminan orang-orang yang mencari ketenangan di tengah kepenatan yang kerap datang setiap harinya. Kami berkumpul, bercanda, dan kadang bercerita serius tentang perjuangan menata masa depan. Saya memang orang yang gampang bosan dan merasa penat dengan rutinitas. Tapi untuk mengobatinya saya cuma butuh satu hal. Teman ngobrol dan berbicara panjang lebar tentang apa saja.
Saya sedikit teringat sebuah quote yang berisi
“Sometimes the most ordinary things could be made extraordinary,
simply by doing them with the right people”
simply by doing them with the right people”
Mungkin tidak perlu menghabiskan waktu dengan glamor dan menguras uang di tempat makan mewah, tidak juga mengeluarkan uang banyak untuk mendapatkan hiburan kelas atas. Cukup berkumpul di tempat yang biasa saja, tapi semua bisa menjadi luar biasa.
Ga terasa sudah hampir 6 tahun kita saling mengenal. Sejak perjumpaan pertama di Kembang Merak B21, di sekre sempit yang kita namakan Bul. Ketika saya masih gondrong semrawut yang kata orang tua saya lebih mirip gembel, remo masih berambut gondrong a la Otong Koil yang lurus halus bak model iklan sunsilk, dan didi yang belum berhijab. Sampai saat kita diamanahi untuk bergelut bersama mengurus rumah bernama SKM Bulaksumur. Dan ga disangka juga sampai saat ini kita masih bergosip dan bercuap-cuap bersama dalam sebuah grup pesan singkat.
Senang bisa menghabiskan waktu bersama kalian, mates! :)