13/04/12

Mati Muda

Tidak ada yang tau kapan manusia akan berakhir hidupnya. Semua ada di tangan yang maha kuasa. Sedikit banyaknya hal tersebut sangat dipercaya oleh umat manusia. Namun, penyebab nyawa seseorang diambil dari raganya bermacam-macam. Tidak sedikit juga manusia yang hidupnya berakhir pada usia muda. Sebut saja Soe Hok Gie, John Lennon, Jimmi Hendrix, Jim Morisson, Kurt Cobain yang telah menorehkan sesuatu melalui bidang mereka masing-masing. Beberapa kejadian yang terjadi di dunia ini banyak menimbulkan tanya. Kemudian memunculkan sesuatu di dalam benak. Apakah orang hebat harus mati muda? Apakah dengan mati muda seseorang dapat menjadi legenda dan akan dikenang selalu?

Kemarin saya baru kehilangan seorang teman yang luar biasa, namanya Budi Andana Marahimin. Pada 13 April 2012 sekitar pukul 15.00 WIB, dia menghembuskan nafas terakhir karena mengidap penyakit Leukimia yang sudah terlambat ditangani. Sebelumnya sudah sempat terbaring koma dan dibawa ke salah satu rumah sakit di Penang, Malaysia. Dokter pun menyerah dengan penyakitnya dan akhirnya dia harus dibawa kembali ke Medan. Di Medan dia dibawa ke dokter yang dahulu pernah menangani penyakitnya. Pada saat itu saya baru tau kalau dia mengidap penyakit ini sejak kecil. Namun, Tuhan berkata lain. Tuhan memanggilnya dengan tenang setelah melewati rasa sakitnya.

Saya tidak sembarangan menyebut orang dengan sebutan "Luar Biasa". Mungkin di Indonesia dia tidak terkenal. Namun, di kota kelahiran saya Medan, dia cukup memberi kontribusi besar. Terutama bagi dunia kreatif anak muda, baik musik seni rupa dan dunia fotografi yang menjadi spesialisasinya. Dialah salah founder Komunitas Seni Anak Medan Deviantart, menjadi fotografer di Wave Magazine, mengikuti berbagai komunitas seperti Forum Indonesia Muda, Indonesia Young Leader, Fotografer.net, dan masih banyak lainnya. Banyak memang, terlebih dia sudah terbilang aktif sejak SMA. Mulai dari mengikuti OSIS, Sangar Seni Smansa, sampai ICT-One (Komunitas IT).

Beberapa foto karyanya :



Impossible Fly 2



Yohana

aku diatas kalian dibawah





shadow 2


Saya memang bukan sahabatnya. Namun banyak yang bisa saya pelajari dari sosok Budi. Kadang saya merasa risih melihat dia yang selalu muncul dimana-mana. Selalu terlihat eksis di sekolahan, bahkan di luar sekolahan. Saya mengenalnya sejak kelas 1 SMA. Awalnya kami kenal bukan dari perkenalan lewat jabat tangan. Menurut saya sosoknya yang friendly membuatnya berusaha mengenal orang banyak. Mungkin selain saya banyak yang merasa risih melihat sifat Budi. Ya mungkin karena selalu kerap terlihat hiperaktif dan bagi sebagian orang itu mengganggu. 

Setelah memasuki kelas 3 saya baru mengenalnya lebih dekat dan merasa dia luar biasa. Pernah saya punya pengalaman bersama dia. Waktu itu saya dan Budi mengikuti talkshow tentang desain yang disertai lomba desain poster. Dia mengikuti lombanya, dan dia menyuruh saya untuk ikut serta juga. Saya yang merasa masih newbie akhirnya tidak mengikuti karena merasa kemampuan saya masih buruk. Tetapi Budi dengan percaya dirinya mengikuti lomba tersebut. 

Paginya dia menjemput saya ke rumah dan kami berangkat bersama ke acara Talkshow. Di jalan menuju lokasi dia berkata, "Ber, pas kali kau kubonceng. Ntar biar ada yang megangin pialaku". Sontak saya kaget mendegar ucapannya, dan hanya bisa bergumam dalam hati, "Pede kali kau Bud! hahaha". Kemudian kami pun mengikuti talkshow dan ketika tiba saat pengumuman juara lomba, saya pun terkejut. Tak disangka, nama Budi Andana Marahimin pun disebutkan sebagai juara ke-3. Wow, saya kaget ga menyangka. 

Ga disangka yang dikatakannya ketika di jalan tadi benar. Saat itu saya melihat sesuatu yang luar biasa pada dirinya. Semangat untuk berani mencoba sesuatu tanpa harus pesimis memikirkan hasilnya. Disamping itu dia juga kerap memberi semangat pada teman-temannya untuk maju. Saya yang menyukai desain pun sering dia dorong untuk mulai berkarya dan membuat akun di deviantart seperti yang telah dia lakukan lebih dulu. 

Di satu momen saya pernah YM-an dengannya saat sudah berkuliah di Jogja. Dia bertanya apakah saya masih ngeband atau tidak. Dia pun tetap mendorong saya untuk maju memulai sebuah band lagi, seperti yang pernah saya lakukan saat SMA. Prestasinya pun semakin banyak saat memasuki kuliah. Berbagai lomba diikutinya sampai dia berhasil membeli kameranya sendiri. Sejak SMA dia tidak punya kamera. Kegiatan fotografinya hanya menggunakan kamera pocket yang dia pinjam dari teman-teman sekolah. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk tetap menggeluti dunia fotografi. Saya percaya dia menggeluti dunia fotografi bukan karena trend semata, namun karena ketertarikannya yang luar biasa.

Mungkin kami memang tidak bersahabat, namun dia bisa membuat orang merasa menjadi teman dekatnya.  Pertemuan terakhir kami adalah saat menghadiri sebuah lokal gigs di Medan tahun 2010. Ketika mendengar kabarnya koma karena Leukimia, saya pun terkejut. Apalagi tau kalau penyakitnya memang sudah mengidap di tubuhnya sejak kecil. Saya pun sempat berpikir, apakah yang dia lakukan selama ini karena merasa umurnya tidak panjang? Selama hidupnya saya tidak pernah merasa tersakiti baik oleh kata-kata maupun perbuatannya. Selama hidupnya pun saya tau dia banyak memberi pelajaran berharga bagi teman-temannya. Bahwa hidup harus benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin. Masa muda jangan sampai berjalan sia-sia, dan yang terpenting, jangan mudah menyerah untuk mencoba sesuatu. Gagal itu biasa, tapi dari kegagalan itulah kita bisa bangkit kembali.

Budi memang tidak seterkenal tokoh-tokoh besar dunia yang juga mati muda. Namun, efek positif yang dia hasilkan memberi banyak imbas luar biasa pada semua orang. Banyak yang merasa kehilangan sampai malam penggalangan dana pun bisa menghasilkan nominal yang luar biasa mencapai angka ratusan juta. Semua itu membuktikan dia orang yang luar biasa dan disayangi orang-orang di sekitarnya.

Walaupun banyak yang ngerasa "semak" sama kau pas sekolah dulu Bud, yang pasti aku tetap salut sama kau. Kau luar biasa! Kau pasti udah tenang bersama Tuhan di sana. Semua dedikasi dan perbuatanmu selama hidup pasti jadi pelajaran berharga. Biarlah nama mu menjadi sejarah apik bagi kami teman-temanmu di sini dan bagi kota medan. Persis seperti yang kau tulis di akun twittermu,

"write my name then you had write history".


Budi Andana Marahimin
(16 November 1988 - 13 April 2012)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar