03/06/13

3 Days to Remember

Waktu yang dinanti-nanti selama 5 bulan akhirnya tiba juga. Saya menepati janji untuk kembali pulang ke rumah kedua. Bukan ke Medan, tapi Jogjakarta. Dari awal keberangkatan ke ibu kota yang membuat galau itu saya akhirnya memutuskan melepas rindu akhir pekan lalu.

Setelah perencanaan panjang dan membeli tiket, tepat hari Kamis jam 5.30 sore saya bertolak dari kantor menuju stasiun Pasar Senen untuk mengejar kereta pukul 10 malam. Perjalanan yang panjang namun tak terasa karena antusias saya untuk segera berada di Jogja sudah tidak terbendung lagi. Sekitar jam 7 pagi saya pun tiba di Jogja. Ah, senang rasanya. Melihat kereta bersandar di stasiun Lempuyangan dengan udara yang masih segar dibalut sedikit embun pagi yang sesekali muncul.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Remo, saya pun tak mau melepas pandangan sedikitpun dari jalanan yang dilewati. Jalan Kaliurang yang semakin padat kendaraan, sampai jalanan sekitar UGM yang tidak banyak berubah. Kangen sekali melihat pemandangan ini. Memang tidak banyak yang berubah dari Jogja ketika saya tinggalkan Desember lalu. Jalanan yang sama, sesekali terlihat bangunan-bangunan baru yang membuat pangling.

Saya ke Jogja untuk melepas rindu sekaligus menghadiri acara yang diadakan 2 UKM saya selama kuliah. Earthernity Fest dari Bengkel Kesenian Geografi (Bekage) dan Aksi Kreasi #5 yang diadakan SKM UGM Bulaksumur (Bul). Keduanya menjadwalkan acara di hari yang sama. Saya pun mau tidak mau harus membagi waktu untuk kedua rumah saya tersebut. Karena keduanya mempunyai porsi yang sama bagi saya. Tidak kurang tidak lebih. Keduanya memberi banyak cerita dan pengalaman, dan di kedua tempat itulah saya menemukan keluarga selama di Jogja. Jujur saya telah membuat rencana perjalanan selama di Jogja. Waktu liburan hanya 3 hari. Jadi saya membuat rencana tertulis tempat yang ingin dikunjungi layaknya artis yang menyusun schedule. Gaya bener lah pokoknya.

Hari pertama saya putuskan untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak Bul. Jam 11 siang bertolak ke Kembang Merak B21. Keadaan masih sama, namun dengan beberapa muka baru yang belum saya kenal dan tentunya dengan Wi-fi baru yang terpasang. Tapi saya tidak peduli dengan adanya wi-fi baru yang tersedia di B21. Saya hanya ingin bertemu dengan teman-teman Bul, dan tak lupa bertemu mbak jajan yang setia berjualan di B21 bahkan sejak saya masih mengecap bangku SMP. Seharian penuh sampai malam saya tak lepas dari lincak B21. Hingga malam harinya kami menyempatkan diri ngejam bersama Black Albino dan kongko di Kedai 24, tempat langganan kami. Malam yang panjang. Sampai pukul setengah 3 pagi baru kami memutuskan untuk pulang karena keadaan mata sudah tinggal setengah watt. I really enjoy my first day.

Hari kedua bisa ditebak. Saya bangun telat jam 11 siang. Hari ini saya berencana mau menghabiskan waktu bersama teman-teman Bekage. Tapi paginya saya bertemu dengan adik saya yang masih berkuliah di Jogja. Makan siang bersama dan bercerita sembari langit mendung Jogja memaksa kami harus mengakhiri makan siang kami. Setelah itu saya pun tiba di kampus tercinta. Fakultas Geografi UGM. Tampak gedung baru yang tak kunjung selesai, masih berbentuk pondasi tiang-tiang berbalut semen dengan logo si pengembang di masing-masing pilar. Kapan ini mau rampung gedung barunya?

Dengan hujan deras mengiringi saya pun berlari sampai tak terasa badan sudah basah kuyup. Siang itu kampus masih sepi anak Bekage dan hanya bertemu dengan Naul. Namun satu per satu teman-teman bermunculan. Hingga malam tiba tak terasa kantin semakin ramai dan saya senang bisa bertemu keluarga saya selama kuliah ini. Saya rindu mereka semua. Tak hanya teman seangkatan, tapi adik-adik angkatan yang sempat menggila bersama juga. Tak terhitung berapa kali jabat tangan terjadi, dan tak terhitung saya menjawab tiap pertanyaan sama yang datang bertubi-tubi. Tapi saya tetap senang. Akhirnya bisa berkumpul kembali. Sembari menunggu waktu untuk mendekor ke purna, saya ditemani Didot, Angger, dan Jeki menyempatkan diri ke burjo yang sering kami kunjungi, Burjo Samiasih. Tak banyak yang berubah, hanya terlihat sedikit lebih sumpek saja. Hehe.

Setelah makan, kami bertolak ke Purna Budaya. It’s decoration time. Padahal ya sampai sana saya tidak bantu ngedekor, hanya numpang berkumpul dan sesekali melihat-lihat anak-anak mendekor. Jadi teringat tahun-tahun sebelumnya di mana keadaan yang terjadi sama seperti dulu. Dua tahun berturut-turut sebelumnya kami menghabiskan waktu mempersiapkan dekor panggung untuk Earthernity Fest. Bergelut dengan cat hitam dan baliho bekas. Yap, itulah peralatan yang kami pakai untuk mendekor, minimalis dan irit biaya tentunya. Dengan baliho hasil jarahan dari acara-acara kampus, dan bermodal cat hitam sudah cukup untuk berkreasi. Biasanya semua dilakukan sampai pagi. Ngantuk pasti, tapi tetap menyenangkan pastinya. Entah kenapa semua hal itu bikin saya makin kangen jadi mahasiswa. Saya pun meninggalkan purna jam stengah 4 pagi untuk kemudian numpang tidur di kosan baru nano. Capek broo, kurang tidur seharian ditambah pulang pagi pula. Ah saya gak peduli, yang penting senang.

Hari terakhir di Jogja akhirnya tiba. Hah, cepat banget waktu berlalu. Saya pun dalam sehari berganti kaos panitia sampai dua kali, meskipun saya bukan panitia. Sebenarnya karena kehabisan baju, jadinya pake baju panitia. Siang sampai sore saya mengunjungi Aksi Kreasi di Gelanggang Mahasiswa UGM. Seperti hari-hari sebelumnya, agendanya ya untuk reuni bersama teman-teman Bul. Bertemu sesama alumni sampai makan di foodcourt yang sudah lama tak saya jambangi. Kemudian tepat waktu maghrib saya bertolak ke Purna Budaya. Sampai sana acara belum di mulai. Tak apalah. Toh saya juga masih bisa berkumpul dan sekedar melepas rindu dengan teman-teman yang ada. Jujur event Earthernity Fest ini yang saya tunggu-tunggu adalah bintang tamunya. Efek Rumah Kaca. Sejak EF pertama tahun 2009 kami punya keinginan besar mengundang ERK. Tapi keterbatasan dana dan sumberdaya membuat kami mengurungkan niat itu. Tiap tahun pun wacana mengundang ERK selalu muncul, namun kerapkali kalah ketika voting pengisi acara dilakukan.

Saya penggila ERK. Sejak muncul band ini sangat menarik perhatian saya. Saya mulai mengumpulkan merchandise sampai membeli albumnya juga. Hampir semua event yang mengundang ERK saya datangi, mulai dari launching album Kamar Gelap di Liquid Café, acara ulang tahun Starcross sekaligus tur Jangan Marah Records, Kickfest, sampai pensi-pensi SMA di Jogja. Bahkan saya sempat menjadi responden skripsi teman saya menyangkut ERK. Kebetulan si empunya skripsi juga maniak ERK. hehe

Tapi saya harus melewatkan penampilan ERK yang membawa serta Pandaibesi untuk tampil. Arrrrgghhhh!! Jujur saya iri. Ditambah lagi banyaknya twit bermunculan tentang penampilan ERK di EF kemarin malam. Jam setengah 10 setelah Wikan & Avian Project tampil, saya memutuskan untuk pulang mengejar kereta jam 11. Di kereta saya hanya bisa melihat foto-foto acara yang menunjukkan Purna Budaya penuh sesak penonton. Tiket SOLD OUT sampai 1200an orang. Ketakutan selama ini mengundang ERK yang diprediksi ga akan mengundang banyak penonton ternyata salah. Earthenity Fest 2013 kemarin malam menjadi pembuktiannya. Jumlah penonton terbanyak sepanjang sejarah EF. Sayangnya saya tidak bisa mengikuti acara sampai selesai.


Sebelum bertolak ke stasiun Tugu saya terlebih dulu pamit pada teman-teman Bul di gelanggang. Momen-momen terakhir sebelum saya harus pulang. Jujur sedih banget rasanya. Namun, sepanjang perjalanan kereta api menuju Jakarta saya tidak lagi sedih karena tidak bisa menonton ERK tampil, tapi sedih karena harus meninggalkan Jogja lagi. Meskipun tidak bisa melihat ERK tampil, tapi hati ini merasa lega. Bisa melunasi utang saya untuk datang ke Jogja. Semua acara berjalan sukses. Bisa berkumpul bersama teman-teman di sana, dan yang terpenting kerinduan saya terobati. Saya pun tidur dengan lelapnya di bangku kereta hingga suara kereta membangunkan saya di pagi hari ketika sudah mendekati Jakarta. 

I absolutely love this short trip. :)

2 komentar: