Waktu yang dinanti-nanti selama 5 bulan akhirnya tiba juga. Saya
menepati janji untuk kembali pulang ke rumah kedua. Bukan ke Medan, tapi
Jogjakarta. Dari awal keberangkatan ke ibu kota yang membuat galau itu saya
akhirnya memutuskan melepas rindu akhir pekan lalu.
Setelah perencanaan panjang dan membeli tiket, tepat hari
Kamis jam 5.30 sore saya bertolak dari kantor menuju stasiun Pasar Senen untuk
mengejar kereta pukul 10 malam. Perjalanan yang panjang namun tak terasa karena
antusias saya untuk segera berada di Jogja sudah tidak terbendung lagi. Sekitar
jam 7 pagi saya pun tiba di Jogja. Ah, senang rasanya. Melihat kereta bersandar
di stasiun Lempuyangan dengan udara yang masih segar dibalut sedikit embun pagi
yang sesekali muncul.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Remo, saya pun tak mau
melepas pandangan sedikitpun dari jalanan yang dilewati. Jalan Kaliurang yang
semakin padat kendaraan, sampai jalanan sekitar UGM yang tidak banyak berubah. Kangen
sekali melihat pemandangan ini. Memang tidak banyak yang berubah dari Jogja
ketika saya tinggalkan Desember lalu. Jalanan yang sama, sesekali terlihat
bangunan-bangunan baru yang membuat pangling.
Saya ke Jogja untuk melepas rindu sekaligus menghadiri acara
yang diadakan 2 UKM saya selama kuliah. Earthernity Fest dari Bengkel Kesenian
Geografi (Bekage) dan Aksi Kreasi #5 yang diadakan SKM UGM Bulaksumur (Bul). Keduanya
menjadwalkan acara di hari yang sama. Saya pun mau tidak mau harus membagi
waktu untuk kedua rumah saya tersebut. Karena keduanya mempunyai porsi yang
sama bagi saya. Tidak kurang tidak lebih. Keduanya memberi banyak cerita dan
pengalaman, dan di kedua tempat itulah saya menemukan keluarga selama di Jogja.
Jujur saya telah membuat rencana perjalanan selama di Jogja. Waktu liburan
hanya 3 hari. Jadi saya membuat rencana tertulis tempat yang ingin dikunjungi
layaknya artis yang menyusun schedule. Gaya bener lah pokoknya.
Hari pertama saya putuskan untuk menghabiskan waktu bersama
anak-anak Bul. Jam 11 siang bertolak ke Kembang Merak B21. Keadaan masih sama,
namun dengan beberapa muka baru yang belum saya kenal dan tentunya dengan Wi-fi
baru yang terpasang. Tapi saya tidak peduli dengan adanya wi-fi baru yang tersedia
di B21. Saya hanya ingin bertemu dengan teman-teman Bul, dan tak lupa bertemu
mbak jajan yang setia berjualan di B21 bahkan sejak saya masih mengecap bangku
SMP. Seharian penuh sampai malam saya tak lepas dari lincak B21. Hingga malam
harinya kami menyempatkan diri ngejam bersama Black Albino dan kongko di Kedai
24, tempat langganan kami. Malam yang panjang. Sampai pukul setengah 3 pagi
baru kami memutuskan untuk pulang karena keadaan mata sudah tinggal setengah
watt. I really enjoy my first day.
Hari kedua bisa ditebak. Saya bangun telat jam 11 siang. Hari
ini saya berencana mau menghabiskan waktu bersama teman-teman Bekage. Tapi paginya
saya bertemu dengan adik saya yang masih berkuliah di Jogja. Makan siang
bersama dan bercerita sembari langit mendung Jogja memaksa kami harus
mengakhiri makan siang kami. Setelah itu saya pun tiba di kampus tercinta.
Fakultas Geografi UGM. Tampak gedung baru yang tak kunjung selesai, masih
berbentuk pondasi tiang-tiang berbalut semen dengan logo si pengembang di
masing-masing pilar. Kapan ini mau rampung gedung barunya?
Dengan hujan deras mengiringi saya pun berlari sampai tak
terasa badan sudah basah kuyup. Siang itu kampus masih sepi
anak Bekage dan hanya bertemu dengan Naul. Namun satu per satu teman-teman
bermunculan. Hingga malam tiba tak terasa kantin semakin ramai dan saya senang
bisa bertemu keluarga saya selama kuliah ini. Saya rindu mereka semua. Tak
hanya teman seangkatan, tapi adik-adik angkatan yang sempat menggila bersama juga.
Tak terhitung berapa kali jabat tangan terjadi, dan tak terhitung saya menjawab
tiap pertanyaan sama yang datang bertubi-tubi. Tapi saya tetap senang. Akhirnya
bisa berkumpul kembali. Sembari menunggu waktu untuk mendekor ke purna, saya
ditemani Didot, Angger, dan Jeki menyempatkan diri ke burjo yang sering kami
kunjungi, Burjo Samiasih. Tak banyak yang berubah, hanya terlihat sedikit lebih
sumpek saja. Hehe.
Setelah makan, kami bertolak ke Purna Budaya. It’s decoration time. Padahal ya sampai
sana saya tidak bantu ngedekor, hanya numpang berkumpul dan sesekali
melihat-lihat anak-anak mendekor. Jadi teringat tahun-tahun sebelumnya di mana
keadaan yang terjadi sama seperti dulu. Dua tahun berturut-turut sebelumnya
kami menghabiskan waktu mempersiapkan dekor panggung untuk Earthernity Fest. Bergelut
dengan cat hitam dan baliho bekas. Yap, itulah peralatan yang kami pakai untuk
mendekor, minimalis dan irit biaya tentunya. Dengan baliho hasil jarahan dari
acara-acara kampus, dan bermodal cat hitam sudah cukup untuk berkreasi. Biasanya
semua dilakukan sampai pagi. Ngantuk pasti, tapi tetap menyenangkan pastinya.
Entah kenapa semua hal itu bikin saya makin kangen jadi mahasiswa. Saya pun
meninggalkan purna jam stengah 4 pagi untuk kemudian numpang tidur di kosan
baru nano. Capek broo, kurang tidur seharian ditambah pulang pagi pula. Ah saya
gak peduli, yang penting senang.
Hari terakhir di Jogja akhirnya tiba. Hah, cepat banget
waktu berlalu. Saya pun dalam sehari berganti kaos panitia sampai dua kali,
meskipun saya bukan panitia. Sebenarnya karena kehabisan baju, jadinya pake
baju panitia. Siang sampai sore saya mengunjungi Aksi Kreasi di Gelanggang
Mahasiswa UGM. Seperti hari-hari sebelumnya, agendanya ya untuk reuni bersama
teman-teman Bul. Bertemu sesama alumni sampai makan di foodcourt yang sudah
lama tak saya jambangi. Kemudian tepat waktu maghrib saya bertolak ke Purna
Budaya. Sampai sana acara belum di mulai. Tak apalah. Toh saya juga masih bisa
berkumpul dan sekedar melepas rindu dengan teman-teman yang ada. Jujur event
Earthernity Fest ini yang saya tunggu-tunggu adalah bintang tamunya. Efek Rumah
Kaca. Sejak EF pertama tahun 2009 kami punya keinginan besar mengundang ERK. Tapi
keterbatasan dana dan sumberdaya membuat kami mengurungkan niat itu. Tiap tahun
pun wacana mengundang ERK selalu muncul, namun kerapkali kalah ketika voting
pengisi acara dilakukan.
Saya penggila ERK. Sejak muncul band ini sangat menarik
perhatian saya. Saya mulai mengumpulkan merchandise sampai membeli albumnya
juga. Hampir semua event yang mengundang ERK saya datangi, mulai dari launching
album Kamar Gelap di Liquid Café, acara ulang tahun Starcross sekaligus tur
Jangan Marah Records, Kickfest, sampai pensi-pensi SMA di Jogja. Bahkan saya
sempat menjadi responden skripsi teman saya menyangkut ERK. Kebetulan si
empunya skripsi juga maniak ERK. hehe
Tapi saya harus melewatkan penampilan ERK yang membawa serta
Pandaibesi untuk tampil. Arrrrgghhhh!! Jujur saya iri. Ditambah lagi banyaknya
twit bermunculan tentang penampilan ERK di EF kemarin malam. Jam setengah 10
setelah Wikan & Avian Project tampil, saya memutuskan untuk pulang mengejar
kereta jam 11. Di kereta saya hanya bisa melihat foto-foto acara yang
menunjukkan Purna Budaya penuh sesak penonton. Tiket SOLD OUT sampai 1200an
orang. Ketakutan selama ini mengundang ERK yang diprediksi ga akan mengundang banyak
penonton ternyata salah. Earthenity Fest 2013 kemarin malam menjadi
pembuktiannya. Jumlah penonton terbanyak sepanjang sejarah EF. Sayangnya saya tidak
bisa mengikuti acara sampai selesai.
Sebelum bertolak ke stasiun Tugu saya terlebih dulu pamit
pada teman-teman Bul di gelanggang. Momen-momen terakhir sebelum saya harus
pulang. Jujur sedih banget rasanya. Namun, sepanjang perjalanan kereta api
menuju Jakarta saya tidak lagi sedih karena tidak bisa menonton ERK tampil,
tapi sedih karena harus meninggalkan Jogja lagi. Meskipun tidak bisa melihat
ERK tampil, tapi hati ini merasa lega. Bisa melunasi utang saya untuk datang ke
Jogja. Semua acara berjalan sukses. Bisa berkumpul bersama teman-teman di sana,
dan yang terpenting kerinduan saya terobati. Saya pun tidur dengan lelapnya di
bangku kereta hingga suara kereta membangunkan saya di pagi hari ketika sudah
mendekati Jakarta.
I absolutely love this short trip. :)
I absolutely love this short trip. :)
sedih bacanya :'(
BalasHapusJangan sedih yi.
HapusYang penting udah terbayar ke Jogjanya. hehe :D